PT. Swastisiddhi Amagra berdiri pada awal tahun 1992, awalnya perusahaan ini bergerak di bidang usaha dagang pengolahan dan ekspor Vanila. Sebelum berbentuk badan hukum perseroan terbatas, perusahaan ini berbentuk usaha dagang dengan nama UD. Vanilla AG, yang memulai kegiatannya sejak tahun 1986. Perusahaan ini berkembang cukup cepat, berawal dari ekspor ratusan kilo vanila hingga berkembang menjadi 40.000 kg lebih pada tahun 1993
Pada tahun 1994 produksi vanilla menurun drastis karena tanaman vanila terjangkit penyakit busuk batang. Berbagai cara sudah dilakukan untuk mengatasi penyakit busuk batang ini, namun penyakit busuk batang ini masih belum dapat ditangani, sehingga para petani mengalihkan kegiatan pertanian mereka pada tanaman lain. Melihat produksi vanilla yang semakin menurun karena faktor eksternal (kondisi tanaman / alam) yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, maka Bapak Soebarkat Pranoto selaku pemilik perusahaan, berinisiatif untuk mengalihkan usahanya pada kelapa sawit. Beliau melihat prospek kelapa sawit akan terus berkembang pada dasawarsa mendatang, karena beliau telah cukup lama berkecimpung di industri sawit. Pada tahun 1998 saat krisis ekonomi menimpa Indonesia, sektor pertanian khususnya di bidang perkebunan justru menikmati masa keemasannya. Harga CPO melonjak tajam akibat permintaan yang besar ditambah dengan nilai kurs rupiah terhadap dollar yang naik drastis, tetapi disisi lain harga TBS tidak begitu besar kenaikannya. Keuntungan atau margin yang dinikmati oleh pabrik kelapa sawit justru tidak dinikmati oleh para petani yang memiliki kebun kecil. Ketidak berdayaan para petani untuk menetapkan harga TBS-nya membuat mereka tidak mendapatkan keuntungan dari masa krisis moneter itu. Melihat fenomena yang terjadi Bapak Soebarkat Pranoto tergerak untuk membantu para petani kelapa sawit yang ada disekitar perkebunan beliau. Pada saat itu Bapak Soebarkat atau yang lebih dikenal dengan Pak Teddy masih bekerja sebagai trader di perusahaan besar yaitu IVO MAS TUNGGAL. Sebelum menjabat sebagai trader, Beliau menjabat kepala proyek pembuatan pabrik refinary dan pabrik inti sawit PT. IVO MAS TUNGGAL pada tahun 1984, di Belawan, pabrik refinery dan pabrik Inti Sawit PT. IVO MAS PERKASA pada tahun 1985. Inisiatif ini bukan berdasarkan keinginan beliau namun atas dasar kemampuan dan pengalaman beliau. Latar belakang pendidikan beliau adalah Teknik Kimia, Mesin Konstruksi dan Manajemen dari Technische Universität Berlin, Jerman. Beliau pernah bekerja di perusahaan Siemens AG (Jerman) kurang lebih dua tahun, serta berpengalaman membangun Pabrik refinary dan extraction accid PT. Sarpindo pada tahun 1987 di Jakarta. Dalam hal bisnis beliau telah berpengalaman sebagai kepala trading kernel dan palm kernel oil PT. IVO MAS di Medan sejak tahun 1989 – 1998. Pada tahun 1998 beliau mendirikan PKS mini dengan kapasitas 15 ton/ jam di Libo – Kandis – Riau, dengan dukungan dari para petani kelapa sawit disekitarnya. Pada saat itu, beliau lebih fokus pada pembangunan PKS. Beliau mengundurkan diri dari PT. IVO MAS untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan dalam bidang yang sama. Pada tahun 1999, PKS dengan kapasitas 15 ton/ jam mulai beroperasi dan pada tahun 2000 PKS tersebut mulai berjalan optimal. Tahun 2003, perusahaan melakukan ekspansi kapasitas PKS dari menjadi 30 ton/ jam dan kembali melakukan ekspansi pada tahun 2006 menjadi 45 ton/ jam. Pada tahun 2008, PKS kedua didirikan di daerah Bina Baru - Kampar – Riau, dengan kapasitas 30 ton/ Jam. Pada tahun selanjutnya diekspansi menjadi kapasitas 60 ton/ jam. Untuk meningkatkan produksi, perusahaan kembali menambah kapasitas di PKS Libo menjadi 60 ton/ jam di tahun 2010. Semua personil PT. Swastisiddhi Amagra adalah orang-orang yang berpengalaman di bidang pengembangan pabrik kelapa sawit dan perkebunan. Pembangunan dan perencanaan perusahaan diserahkan kepada Bapak Hendaru Sadyadharma, selaku direktur utama PT.Swastisiddhi Amagra yang memiliki latar belakang pendidikan Manajemen keuangan dari Universitas Satya Wacana. Latar belakang pengalaman pernah bekerja sebagai kepala cabang di PT. Sharp-Yasonta untuk daerah Kalimantan Timur dan kepala keuangan, bagian ekspor saat PT. Swastisiddhi Amagra masih aktif berbisnis Vanila. Beliau adalah salah satu Dosen tetap di Sekolah Pasca Sarjana, Program Magister Manajemen di Universitas HKBP Nommensen di Medan. Bapak Manasje Korniawan selaku direktur operasional PT. Swastisiddhi Amagra yang memantau kinerja proses produksi PKS. Sebelum di PT. Swastisiddhi Amagra, beliau sebagai Direktur PT. Sapat Pulau Mas, mengolah minyak kelapa (crude coconut oil). Bapak Soebarkat juga memegang saham di PT. Sapat Pulau Mas ini. Perkembangan PKS PT. Swastisiddhi Amagra dari tahun ke tahun cukup signifikan, hal ini ditunjukan dengan produksi CPO dan PK yang semakin meningkat. Perkembangan produksi CPO dan PK dapat dilihat pada grafik di bawah Produksi CPO dan PK terus memperlihatkan berkembang yang signifikan dari tahun ke tahun. Setelah dibangun pabrik kedua pada tahun 2008, terjadi peningkatan sebesar 200 % pada tahun 2015. PT. Swastisiddhi Amagra memiliki asset senilai 180 Miliar untuk dua PKS, dan mendapatkan kredit dari bank BNI sebesar 93 Miliar untuk pendanaan kredit investasi dan kredit modal kerja. Dan pada Sept 2014.perusahaan menjalin hubungan ke Bank Permata untuk pendanaan kembali.dan Perusahaan mendapatkan Kredit sebesar 127 Milyar untuk kredit investasi dan kredit modal kerja PT. Swastisiddhi Amagra mendapatkan izin lokasi untuk membuka lahan perkebunan sawit di Kepulauan Mentawai seluas 34.000 Ha. Diperkirakan awal tahun 2016, setelah perizinan yang diperlukan untuk membuka lahan Mentawai selesai, PT. Swastisiddhi Amagra akan segera melakukan kegiatan pembukaan lahan tersebut. Perencanaan pembukaan lahan akan dilakukan secara bertahap. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2013 PT. Swastisiddhi Amagra mendirikan PT. Swatisiddhi Amagra Bioenergy, adapun lingkup kerjanya adalah mengembangkan biogas Power Plan. PT. Swastisiddhi Amagra Bioenergy merencanakan membuat Power Plan dari POME dengan kapasitas 2 (dua) Megawatt, bekerjasama (dijual) ke PLN untuk penyaluran listrik ke masyarakat desa-desa di sekitar PKS. Direncanakan tahap berikutnya kapasitas akan ditingkatkan menjadi 4 (empat) Megawatt.